Namun, kemajuan industri film menyadari bahwa penggunaan two-shot ini perlahan akan membuat penonton cepat bosan karena tidak adanya sentuhan-sentuhan gambar yang mempengaruhi psikologis penonton untuk masuk ke dalam interaksi antar tokoh yang disajikan. Para pekerja film juga menyadari bahwa mereka dapat mendorong tempo film dengan mengubah sudut pandang kamera dengan cepat di suatu momen, yang berujung pada lahirnya teknik penyuntingan gambar bernama reverse shot. Jenis penyuntingan gambar satu ini untuk mengatasi kebosanan atau gagalnya menyampaikan emosi kepada penonton seperti yang disebutkan sebelumnya.
Pada dasarnya, shot/reverse-shot, juga dikenal dengan shot/counter-shot menampilkan sudut pandang yang berbalik dari yang ditampilkan pertama kali, namun masih dalam situasi atau adegan yang berlokasi di latar tempat yang sama. Contohnya seperti dua tokoh yang disebutkan tadi, dalam tampilan pertama, kamera membidik tokoh A dengan pengambilan medium close up + over-the shoulder atau extreme close up (terserah pembuat film, karena yang terpenting adalah menampilkan suatu tokoh yang berpapasan langsung dengan tokoh lain), sedang berbicara di depan tokoh B. Lalu sudut pandang berubah ke tokoh B yang membalas perkataan tokoh A. Sederhananya, kebalikan sudut pandang antara subjek dan objek.
1. Menekankan situasi adegan dengan tampilan ekspresi yang jelas antar tokoh
2. Efektif dalam konversasi tokoh tunggal
Ingat adegan ketika karakter antagonis Norman Osbourne dalam film Spider- Man (2002) melihat alter-ego dirinya yang berupa karakter jahat Green Goblin di dalam refleksi cermin? Ya, itu adalah salah satu cara kreatif untuk menyajikan percakapan suatu tokoh tunggal dengan imajinasi dirinya sendiri. Dari sana Norman baru mengetahui sekaligus membocorkan bahwa ada suatu karakter jahat yang tersimpan di dalam dirinya yang berwibawa itu setelah rasa penasarannya terhadap suara-suara bernada jahat yang terus menghantui pikirannya.
3. Mengganti frame tanpa memindahkan kamera
Salah satu scene yang populer dari film The Wolf of Wall Street (2013) , mempertemukan Jordan Belfort dengan Mark Hanna. Sang sutradara, Martin Scorsese membuat teknik shot reverse-shot sederhana dengan menaruh beberapa kamera dan membiarkan para aktor untuk berdialog secara lembut tanpa adanya dollying.
4. Menampilkan adegan kekerasan tanpa memberi efek khusus yang detail
Sutradara film Scarface (1983), Brian De Palma
mengakali rating ‘X’ pada film ini dengan meminimalisir tampilan kekerasan yang
detail dengan menggunakan kombinasi sudut pandang Cuts-In untuk memperlihatkan objek berupa gergaji mesin yang
disodorkan ke badan rekan Tony Montana dan Extreme
Close-Up menunjukkan ekspresi orang yang diserang dengan gergaji mesin
tersebut. Hal ini membuat penonton tidak benar-benar melihat kekerasan di layar.
Ketika ingin membuat storyboard film, adegan dialog harus disusun dengan matang dan strategis, karena over-the-shoulder saja tidak cukup. Salah satu yang harus diperhatikan adalah bagaimana sang sutradara menangkap adegan dialog atau interaksi, agar penonton dapat memahami tentang emosi dan situasi dalam sebuah adegan.
Oleh: M. Adine Wirya Kusuma
Sumber
Paul, J. 2016. How to Compose a Cinematic Shot Reverse Shot. Premium Beat. Sumber:premiumbeat.com/blog/cinematic-shot-reverse-shot/
Lannom, SC. 2019. Shot Reverse Shot: Reaction Shots, Cutaways, and Coverage. Studio Binder. Sumber: studiobinder.com/blog/shot-reverse-shot-cutaways-coverage